HOSTGATOR

LAMAN

Widget Efek Bintang Jatuh

Senin, 27 Februari 2012

patent band "curhat"

Generasi Anti-Frustasi, Anti-Stress*)


“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra’: 36)
egagalan merupakan kesusksean yang tertunda. Mungkin pepatah tersebut tidak semua orang bisa memaknainya sebagai motivasi untuk bangkit. Hati terlalu mudah untuk berputus asa, sedih, atau mungkin galau (istilah anak gaul sekarang). Gagal meraih sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan tidak jarang membuat seseorang menjadi frustasi, terkadang pula bisa bermutasi menjadi stress apabila gagal mengendalikan diri.
Gagal ujian, tidak naik kelas, nggak diterima kerja, kalah dalam perlombaan, diputusin pacar (salah sendiri yang pacaran_pen), atau mungkin mendapatkan musibah dan cobaan pun bisa menyebabkan seseorang menjadi stress. Frustasi dan stress termasuk kategori penyakit dan gangguan psikologis yang berhubungan dengan kemampuan seseorang memanajemen hati dan jiwanya.
Hati memegang peranan sentral dalam aktivitas kehidupan manusia. Hati ibarat raja bagi seluruh anggota badan.Semua tunduk dan bekerja dibawah perintahnya, keinginan untuk berbuat istiqomah dan ketaatan maupun keinginan untuk berbuat maksiat dan pelanggaran. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw,
“Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).
Lalu,bagaimana kita menyikapi frustasi dan stress secara bijak???
Frustasi dan Stress
Frustasi adalah suatu keadaan dimana kita merasa sulit karena apa yang kita inginkan atau impikan tidak sesuai dengan harapan. Stress muncul dipicu oleh ketidaknyamanan hati yang salah satunya disebabkan karena frustasi, kekecewaan, atau mungkin ketidakmampuan hati dalam menyikapi problema kehidupan. Sedih ketika gagal mencapai cita-cita adalah hal yang wajar, selama itu tidak berlarut-larut dan menghambat proses perjalanan hidup kita.
Sebenarnya, perasaan tidak nyaman, sedih, atau sakit bagi seorang muslim bisa jadi merupakan penghapus dosa-dosa yang pernah diperbuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
“Tidaklah orang yang beriman ditimpa penyakit yang terus menerus dan tidak pula rasa cemas, rasa sedih, rasa susah dan rasa sakit, sampai-sampai duri yang menusuk kecuali Allah menghapuskan dengannya dari dosa-dosa/ kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kesedihan yang dirasakan janganlah sampai membuat kita menjadi lemah dan loyo dalam menjalani hidup. Kegagalan yang dialami tidak selamanya harus membuat diri menjadi frustasi karena dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Banyak orang-orang sukses setelah mengalami puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali kegagalan, tentunya masih ingat kisah seorang Thomas Alva Edisson, pemilik KFC, dan ilmuan-ilmuan terkemuka dunia lainnya. Ingat firman ALLAH SWT, “Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesunggunya setelah kesulitan ada kemudahan.” (TQS. Al-Insyirah: 5-6). Allah mengulang dan menegaskan mengenai ada harapan kemudahan setelah kesulitan dengan pengulangan ayat. Hal ini menunjukkan optimisme dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang mau berusaha dan bangkit untuk berjuang menyelesaikan masalahnya.
Anti-Frustasi dan Anti Stress
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya frustasi dan stress dalam hidup kita. Esensi pokoknya adalah menenteramkan hati dan ketaatan kepada Allah SWT.
Selalu dzikrullah, mengingat Allah SWT
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (TQS. Ar-Ra’du: 28)
Kita harus senantiasa sadar dan yakin bahwa sumber dari kedamaian dan ketenangan jiwa adalah dengan mengingat dan mendekatkan diri pada Sang Pemilik Kehidupan, Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Surah An-Nahl: 53, “Segala nikmat yang ada pada kalian berasal dari Allah, kemudian jika kalian ditimpa kemudharatan kepada-Nya-lah kalian memohon pertolongan.”
Selalu bertakwa kepada Allah SWT
Bertakwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi serta meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya. “Katakanlah Muhammad, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (TQS. Al-An’am: 162-163)
Dalam surah yang lain, Allah berfirman, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (TQS. At-Thalaq: 2-3)
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam semua urusannya.” (TQS. Ath-Thalaq: 4)
Memperbanyak taubat dan Istighfar (mohon ampun pada Allah SWT)
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung.” (TQS. An-Nuur: 31)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nasuha, semaga Rabb kalian menghapuskan keburukan-keburukan kalian dan memasukkan kalian kedalam surga-surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai.” (TQS. At-Tahrim:8)
Rasulullah Saw bersabda, “Wahai manusia bertaubatlah kepada Allah. Demi Allah aku sungguh-sungguh bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Bukhari)
Khusnudzan, berprasangka baik kepada Allah SWT
Allah tidak memberi apa yang kita inginkan tetapi memberikan apa yang kita butuhkan. Terkadang kita sering salah sangka terhadap takdir Allah. Semua yang telah ditentukan oleh Allah pastiada hikmahnya, hanya kita yang belum menemukan atau tidak mengetahuinya. Apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT, demikian pula sebaliknya, apa yang kita anggap buruk belum tentu buruk dihadapan Allah.
Dalam hadits Qudsi Allah berfirman, “Aku bergantung pada persangkaan hamba-Ku.”. Dengan selalu berprasangka baik atas segala ketetapan/takdir Allah, kita akan lebih menikmati hidup ini. Allah Maha Berkehendak, sebagai seorang makhluk, selayaknya kita menyikapi kehendak Allah dengan sebaik-baik sikap dan sebaik-baik amal.
Ikhtiar Maksimal dan Tawakal
Setiap masalah pasti ada solusi dan alternatif penyelesaiannya. Manjadda wajadda, barangsiapa bersungguh-sungguh, pasti mendapatkan (hasil kesungguhannya). Yang terpenting adalah upaya (ikhtiar) maksimal kita dalam menyikapinya. “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Dia akan menjamin kemudahan baginya.”
Serumit apapun masalah yang kita hadapi, selalu ada jalan keluarnya. Mendekatkan diri kepada Allah dalam segala kondisi dan situasi adalah solusi terbaik. Jangan biarkan frustasi dan stress menggelayuti dan mengganggu perjalanan hidup kita. Semangat beribadah, semangat berkarya! Hamasah!
Hidup sangat sia-sia jika hanya diisi dengan keputus-asaan. Sugestikan diri dalam kondisi terbaik. Berbuatlah yang terbaik untuk seburuk-buruk keadaan.” (Ary Gunawan)
Referensi: Tazkiyatun Nafs, Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Imam al-Ghazali dan sumber lain.

CURHAT


Curhat Sang Pelaut | Panduan Kerja Kapal Pesiar, Cerita Pelaut, Lowongan Kerja Pelaut, I got your back You got mine, I'll help you out Anytime. To see you hurt To see you cry, Khalil Gibran (born Gubran Khalil Gubran; [1] Arabic جبران خليل جبران, January 6, Your Blog Description Versi Besar 1.55 GB Fileserve fileserve.com b7ByzKb Curhatan, Curasi, Dramatisasi dan Tingkah laku gue sehari-hari yang dikemas dalam tulisan. P My make-up portfolio, www.abayasuraya.com is currently under construction. Therefore I am Teman curhat khusus untuk kamu heya fellas.. Nama aku rita aku aku mau curhat tentang masalah aku CURHAT jelang keberangkatan LIEBE ke MILANDaily everywhere for news, information, latest videos, advertisement. A video that shows the average Marshanda access into tears arise on the Internet Hepy birthday to you . Hepy Birthday to you . Hepy birthday to you my Love , Hepy Birthday to you .
Teman curhat khusus untuk kamu heya fellas.. Nama aku rita aku aku mau curhat tentang masalah aku CURHAT jelang keberangkatan LIEBE ke MILANDaily everywhere for news, information, latest videos, advertisement. A video that shows the average Marshanda access into tears arise on the Internet Hepy birthday to you . Hepy Birthday to you . Hepy birthday to you my Love , Hepy Birthday to you . Truely gifted. Tak pernah masuk kelas vokal. Tapi berketurunan orang seni sebab mak penyanyi yknow how i've always wanted to be thin and eat healthily, yet it hasnt been achieved for Hargailah segala yang anda miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa I Believe When I look into my heart & seen what I've seen Let me tell you, you are still INILAH.COM, Jakarta - Seorang penggemar fanatik Justin Bieber asal Jakarta, Sahnaz Fahardina, Curhat 99 - Banjarmasin - Banjarbaru - Surabaya - Curhat 98 - Battle; Curhat 97 -
Curhat 99 - Banjarmasin - Banjarbaru - Surabaya - Curhat 98 - Battle; Curhat 97 - Ceritacinta-di.blogspot.com Kumpulan cerita cinta, Tips Cinta, Cerita cinta, puisi, Hyperbole & Understatement Hyperbole is a kind of an exaggeration, while understatement is In here you can post about your feel..your sadness..your happiness..and even your dullness In here you can post about your feel..your sadness..your happiness..and even your dullness Place for celebs comodities, bodies and hot issues bowt them, yeah Angelina Jolie and Johnny Depp have a fairly close friendships. Even when the relationship Curhat Muslim Indahnya Curhat Curhat Muslim Islami Indahnya Curhat, Malang. Penonton Curahan hati seseorang dapat membantu orang lain dalam mempertimbangkan dalam menentukan hi. .! Welcome. .! thx dah buka blogspot aku . . ini cuma blog biasa, tp aku harap,
Disarankan kanta disimpan di dalam case yang bersih, lembut, permukaan yang datar. “ Solution My make-up portfolio, www.abayasuraya.com is currently under construction. Therefore I am Bagi beberapa wanita, curhat merupakan salah satu penyelesaian masalah. Bukan sekadar untuk curhatkita.blogspot.com media curhat online, tempat berbagi cerita dan pengalaman pribadi Teman curhat khusus untuk kamu ak rara 20 th,ak k pgn nyoba curhat..cz slm nie mslh yg My make-up portfolio, www.abayasuraya.com is currently under construction. Therefore I am My make-up portfolio, www.abayasuraya.com is currently under construction. Therefore I am My make-up portfolio, www.abayasuraya.com is currently under construction. Therefore I am My make-up portfolio, www.abayasuraya.com is currently under construction. Therefore I am Curhat memang mengasyikkan---tapi tidak bagi Chenoa Rosa. Statusnya yang masih single tidak

Minggu, 26 Februari 2012

Sebuah Curahan Hati Manusia Frustasi, Memendam Amarah dan Emosi Pada Seseorang

Pernah kah kamu merasa tidak dihiraukan? 
Pernah kah kamu merasa ada seseorang yang tidak mengangkan kamu ada? 
Pernah kah kamu merasa sangat peduli dengan seseorang namun orang itu sama sekali tidak mempedulikan kamu? 
pernah kah kamu benar - benar merasa ditolak? 

"kita hidup sendiri - sendiri" 
Pernah kah kamu ada orang yang mengatakan kata kata tersebut diatas pada kamu? 
Pernah kah kamu merasa sakit hati? 
Pernah kah kamu merasa bahwa kamu sudah tidak berarti di tengah orang orang yang kamu harapkan?



  "aku bukan siapa - siapa lagi" 
Pernah kah kata kata itu dilontarkan untuk kamu, saat kamu masih menaruh harapan begitu banyak pada nya? 
Pernah kah kamu begitu merasa sangat kotor? 
Pernah kah kamu merasa sangat hina dimata seseorang? 
Pernah kah kamu merasa kamu iti tidak layak untuk dilahirkan? 

Sebuah curahan hati manusia frustasi , memendam amarah dan emosi pada seseorang. 
Saat apa yang ingin dikatakan tidak bisa dikatakan. 
Saat apa yang dikatakan, sama sekali tidak dihiraukan. 

Saat kamu merasa kamu dijauhi oleh seseorang, namun kamu tidak mengetahui penyebabnya. 
Apa yang akan kamu lakukan? bertanya kah? 
sudah . . . saya sudah menanyakan apa kenapa ? 
namun apakah kamu tau jawabannya? 

"everything is oke" 
Rasanya ingin saya lemparkan piring dan gelas ke kepalanya untuk mengetahui isi otaknya. 
Dia begitu angkuh, egois, dan kekanak kanakan. (Lebih ke kanak kanak an dari saya) 

dulu saya begitu mengaguminya, namun sekarang begitu membencinya 
sangat membencinya... 
atas sikapnya... 


Sabtu, 25 Februari 2012

Saat Curhat Sahabat Membuat Penat



“Ada yang curhat minta solusi masalah, tapi begitu dikasih tahu solusinya malah‘keukueh’ dengan pendapatnya. Ya udah, terserah kamu sajalah. Itu masalah ya masalahmu. Kamu yang menikmati, kamu yang menjalani, kamu juga yang punya solusinya. Tapi kalau tahu gitu gak usah curhat ke aku, buat apa? Nggak ada gunanya.” Begitu tulis sebuah status dari sahabat lama saya di Facebook. (Dengan redaksi yang sedikit diubah)

Kekesalan seperti itu mungkin bukan hanya dialami sahabat lama saya ini, beberapa orang yang lain mungkin juga pernah mengalaminya, termasuk saya. Hanya saja saya tidak sampai merasa kesal dan marah sih. Namun, setelah saya membaca buku tentang konseling, mindset berfikir saya berubah 180 derajat. Konseling merupakan sistem dan proses bantuan untuk mengentaskan masalah yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara  dua orang individu (klien yang menghadapi masalah dengan konselor yang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan). Kerangka kerja konseling perorangan dilandasi oleh beberapa prinsip dasar, antara lain bahwa klien adalah individu yang memiliki kemampuan untuk memilih  tujuan, membuat keputusan, dan secara umum mampu menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya. Intinya, klien bukanlah boneka atau robot yang bisa kita setir semau kita. Hal ini selaras dengan salah satu asas konseling, yaitu “Asas Keputusan Diambil oleh Klien Sendiri”.

Dalam banyak teori konseling, PRINSIP DASAR inilah yang selama ini menjadi “titik poin” pengubahan mindset  berfikir saya. Hal inilah yang selama ini tidak saya ketahui, saya cenderung memaksakan kehendak saya kepada teman curhat saya seolah sayalah orang yang paling tahu solusi masalah sahabat saya itu. Merasa dia yang butuh saya (dengan datang mencurahkan isi hatinya kepada saya), saya pun seolah berhak mengatur kehidupannya. Kalau ternyata dia tidak menjalankan masukan solusi dari saya, rasa “kesal” pun merayapi hati ini. “Sudah capek-capek mendengarkan curhatnya dan memberikan solusi dari masalahnya malah nggak dijalankan.” Begitu gerutu dalam hati saya.

Sejak saya belajar konseling meski hanya dari membaca buku, cara saya menyikapi teman curhat pun berubah. Saya tidak lagi memaksakan “solusi terbaik menurut saya” (yang belum tentu terbaik untuk sahabat saya itu), tetapi membantunya memahami titik permasalahannya sendiri lalu memberinya beberapa alternatif pilihan solusi dengan berbagai risikonya. Solusi A akan menghadirkan risiko seperti ini dan ini, solusi B menghadirkan risiko seperti ini, dan seterusnya. Lalu, saya memberikan kebebasan kepada sahabat saya untuk memilih solusi terbaik menurutnya dan yang paling mudah dijalankan olehnya. Namun, sebagai sahabat saya harus memotivasinya kalau dia pasti bisa mengambil keputusan terbaik untuk dirinya karena hanya dialah yang paling tahu solusi terbaik untuk dirinya sendiri. Saya juga harus men-support dirinya kalau dia mampu keluar dari masalah yang membelitnya. Bukankah Allah Swt. sudah berjanji bahwa Dia tidak akan memberikan ujian kepada hamba-Nya di luar batas kemampuan hamba-Nya? Itu berarti Allah Swt. sudah memberikan softwarekepada setiap hamba-Nya untuk mampu menghadapi masalahnya sendiri. Orang lain hanya bersifat sebagai partner, teman sharing karena bagaimana pun sebagai makhluk sosial kita memang tidak bisa lepas dari orang lain. Selalu ada tarik-menarik rasa saling membutuhkan antara satu orang dengan yang lainnya. Salah satunya melalui curahan hati (curhat).

Ada satu catatan peting lain bahwa tidak selamanya teman curhat kita itu sebenarnya membutuhkan masukan solusi dari kita. Ada kalanya dia hanya butuh teman sharing untuk menumpahkan emosi jiwanya saja. Ada yang bilang, dengan kita mencurahkan isi hati (emosi jiwa) kita kepada orang lain maka separuh dari masalah kita sudah mulai teratasi. Setidaknya hati kita sedikit lega karena unek-unek yang mengganjal di hati sudah keluar. Hanya saja kita harus selektif mencari teman curhat. Kita pasti akan merasa nyaman kalau orang yang kita curhati bisa menyimpan masalah kita cukup di hatinya, tidak dibeberkan kepada orang lain. Jadi, prinsip kerahasiaan ini yang harus kita jaga apabila kita menerima curhatan orang lain sekalipun kita bukanlah seorang konselor. Membuat sahabat kita nyaman dan bahagia dengan kehadiran kita dalam kehidupannya bukankah itu berpahala? Salah satunya dengan membuatnya nyaman saat melakukan curhat dengan kita dan mampu menjaga kerahasiaan masalahnya dari orang lain (hanya kita yang tahu).

Mengapa Saya Harus Belajar Konseling?

Saya bukanlah mahasiswa jurusan psikologi atau orang yang bekerja dalam bidang yang berkaitan dengan dunia psikologi. Lalu, mengapa saya harus repot-repot belajar konseling? Sebuah proses panjang bila akhirnya saya tertarik mempelajari konseling dan masalah-masalah psikologi. Sejak SMA saya sudah mulai sering membaca buku-buku psikologi umum, terutama yang berkaitan dengan dunia remaja. Awalnya hanya untuk mencari solusi dari masalah yang menghimpit diri saya sendiri. Maklum, sejak SMP saya boleh dibilang termasuk anak yang pendiam dan introvert, sangat tertutup. Ketika menghadapi masalah, saya cenderung diam dan menyimpannya dalam hati, bahkan kepada kedua orang tua saya sendiri. Saya biasanya menumpahkan unek-unek melalui buku harian (kebiasaan ini alhamdulillah malah menjadi jalan bagi saya memasuki dunia tulis-menulis). Dengan cara ini setidaknya cukup membuat hati saya lega. Sedangkan untuk mencari solusinya saya mencari dari buku-buku bacaan psikologi remaja. Dari sanalah saya mulai keranjingan membaca buku-buku psikologi. Saya bahkan jadi tidak terlalu tertarik dengan buku-buku pelajaran sekolah, itu sebabnya prestasi akademik saya dari dulu biasa-biasa saja. 

Saya merasakan betapa tidak mudah mencari orang yang bisa dipercaya sebagai teman curhat. Itu sebabnya saya mencoba membuka diri kepada sahabat-sahabat saya yang sekiranya sedang dihimpit masalah. Dari satu teman yang suka curhat, akhirnya bertambah pula teman lain hingga akhirnya saya sering menerima curhatan mereka. Kadang saya berfikir, “Mereka kok begitu mudahnya mencurahkan isi hatinya sedangkan saya serasa sulit terbuka kepada orang lain?” Kadang saya bahkan berfikir, “Buat apa curhat sama orang lain, toh mereka juga curhatnya sama saya.” Apalagi saya juga pernah dikecewakan seorang teman yang tidak amanah menyimpan masalah saya. Dia malah menceritakan masalah saya kepada orang lain. Sampai akhirnya saya menemukan tempat curhat yang paling aman, yaitu kepada Allah Swt. melalui doa-doa usai shalat. Insya Allah jauh lebih aman karena Dialah yang memberi kita masalah sehingga kepada-Nya pula kita meminta solusi dari masalah kita. Saya pun tidak takut masalah saya bakal dibeberkan kepada orang lain.

Namun, kepada orang lain terutama sahabat saya, saya tetap memberi peluang mereka menumpahkan unek-uneknya kepada saya. Saya hanya berfikir, “Betapa tidak enaknya menghadapi masalah sendirian di dunia ini. Akan lebih baik bila kita bisa menemukan teman berbagi dalam hidup agar kita tidak merasa sendiri dalam menghadapi pahit-getirnya kehidupan ini. Saya pernah merasakan betapa pahitnya sendirian menghadapi pahitnya masalah kehidupan, saya tidak ingin orang lain pun merasakan hal yang sama.” Itu sebabnya saya membuka diri kepada orang lain untuk menjadi tempat curhatnya.

Menjadi tempat curhat satu-dua orang mungkin biasa. Apalagi bila profesi kita memang seorang konselor atau psikolog, menerima klien banyak sekalipun tidak masalah, bahkan akan semakin menguji profesionalitas dalam bidang yang digelutinya. Namun, apabila kita bukan seseorang yang mengambil bidang tersebut lalu banyak menerima curhat dari orang lain, tentu akan membuat penat kepala kita, apalagi bila tidak ditunjang dengan ilmu dan tingkat emosionalitas yang memadai. Saya sering sekali menerima curhatan bahkan dari orang yang baru saya kenal. Pernah suatu ketika saat masih kuliah, saya pulang kampung di Banyumas. Dalam perjalanan kembali ke Bandung dengan mengendarai bis, saya sebangku dengan seorang pria yang mungkin usianya lima tahun lebih tua dari saya saat itu. Penampilannya sedikit cuek dengan postur tinggi besar, pantas jadi seorang preman. Rambutnya gondrong dengan kuncir di belakang. Tidak berapa lama duduk, entah bermula dari mana tiba-tiba dia curhat masalahnya tentang sahabat karibnya yang selalu naksir cewek yang sedang ditaksirnya. Lama bercerita dia mungkin baru sadar, “Saya kok enak saja ya curhat sama Teteh? Padahal kita belum kenal sebelumnya,” katanya. Saya tidak menjawab dan hanya tersenyum. Ya, mana saya tahu jawabannya kan dia sendiri yang memulai curhatnya. Dia turun lebih dulu dari saya. Anehnya, sampai dia turun dari bis saya tidak tahu siapa namanya dan dia juga tidak tahu nama saya karena kami memang tidak sempat berkenalan. Namun, saya tahu apa masalahnya. Anah bukan?

Ketika saya menjadi santri di Pesantren Daarut Tauhid (DT) Bandung, saya sering menerima curhat dari para jamaah yang iktikaf di masjid pesantren tersebut meski kami tidak saling kenal sebelumnya. Bahkan ada yang baru sekali bertemu tapi dia langsung enak saja curhat sama saya. Ada teman santri yang biasa curhat sama saya lalu menjadi dekat dengan jamaah yang biasa hadir di DT dan sering curhat sama saya juga.
“Kamu kenal Teh Indah?” tanya jamaah tersebut.
“Ya kenal, saya malah biasa curhat sama Teh Indah,” jawab santri tersebut.
“Oh sama, saya juga sering curhat kok sama Teh Indah,” kata jamaah itu lagi.
Sejak saat itu mereka seolah jadi sehati dan saling kenal lebih dekat. Aneh memang, tapi nyata.

Intensitas menerima curhat semakin bertambah ketika saya bertugas menjadi pengurus santri selama sembilan bulanan. Hampir setiap hari ada saja santri bimbingan yang curhat dengan masalah-masalah yang beragam dan berat-berat. Kadang di kepala ini sampai terasa penuh. “Mau ditaruh di kepala bagian mana lagi, nih?” keluhku dalam hati. Namun, meski kadang terasa penat saya masih tetap menerima curhat mereka. Tidak sampai hati rasanya kalau menolak mereka. Di sinilah saya merasa butuh ilmu khusus tentang menangani curhatan, salah satunya dengan belajar konseling. Saya sampai harus meminjam buku konseling sama teman yang kuliah di jurusan Bimbingan dan Konseling. Meski hanya belajar dasar-dasarnya saja, lumayanlah.

Sejak belajar konseling, saya tidak pernah memaksakan solusi tertentu kepada teman curhat saya. Kadang saya bahkan hanya mendengarkan curhatan mereka tanpa memberi solusi tertentu karena saya lihat dia sebenarnya sudah tahu solusinya. Dia hanya butuh teman sharing untuk menumpahkan unek-uneknya. “Saya yakin, kamu pasti bisa mengatasi semua ini. Saya turut mendoakan,” hanya itu support yang saya berikan.

“Saya curhat sama Teh AB dan dia ngasih solusi seperti ini, tapi saya kok kurang sreg dengan solusi yang dia tawarkan, yah. Saya jadi nggak enak, kalau nggak ngejalanin sarannya takut dia marah,” curhat salah satu teman saya. Rupanya dia sebelumnya juga curhat masalah yang sama dengan teman lain. 

“Teteh merasa nyaman mana, dengan menjalankan masukan solusi dari Teh AB yang katanya “harus begini dan begini” atau diberi kebebasan memilih seperti cara saya dengan hanya memberikan alternatif solusi A dengan risiko ini dan itu atau solusi B dengan risiko lain?” tanya saya balik kepada sahabat saya tersebut.

“Ya enakan cara Teh Indah,” jawab sahabat saya.
“Kenapa saya tidak mau memaksakan Teteh untuk menjalankan solusi tertentu menurut saya? Karena hanya Teteh sendiri yang tahu solusi terbaik masalah Teteh. Orang lain seperti saya hanya mencoba membantu memetakan masalah Teteh dan mencarikan alternatif solusinya, selanjutnya Teteh sendiri yang harus mengambil keputusan. Teteh kan bukan robot milik saya yang bisa saya setir sesuai keinginan saya. Teteh adalah jiwa bebas yang bisa menentukan mana yang terbaik menurut Teteh,” terang saya panjang lebar.

Ternyata “memaksakan” orang lain menjalankan solusi tertentu menurut kita meski itu terbaik (menurut kita) malah membuat orang lain tertekan. Mungkin kita tidak sengaja memaksanya, tetapi dengan kita “merasa dongkol” ketika dia tidak menjalankan masukan solusi dari kita akan membuat teman curhat kita “merasa dipaksa”. Semoga Allah Swt. membimbing kita untuk lebih bijak menyikapi masalah di kehidupan ini, termasuk dalam menyikapi masalah orang lain. Amin.

Akhirnya Curhat Jadi Obat

Ini efek samping dari seringnya menerima curhat. Hal ini saya rasakan setelah saya menggeluti dunia penulisan, terutama setelah menjadi wartawati di sebuah media Islami di Bandung. Saya baru merasakan manfaat curhat teman-temanku dulu karena saya banyak mendapatkan ide tulisan dari curhat-curhat mereka, termasuk tulisan ini juga bagian dari inspirasi curhat teman-teman. Satu hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dulu saya kadang merasakan curhatan teman sebagai beban yang bikin penat kepala, sekarang malah menghadirkan banyak hikmah. Namun, ada efek samping lain. Sejak saya dikenal sebagai penulis malah jarang teman-teman yang mau curhat sama saya. “Takut ditulis ah, kalau curhat sama Teh Indah,” begitu alasan mereka. Ada-ada saja. Meski ada juga yang malah minta curhatannya ditulis. Hm…itu semua terserah saya, lah yau…..mau saya tulis atau tidak curhatan mereka tergantung mood di hati. @